Friday, May 17, 2024
spot_img
HomeHealthGunakan Mikrochip di Otak, Pria Dengan Gangguan Saraf Dapat Berbicara Kembali

Gunakan Mikrochip di Otak, Pria Dengan Gangguan Saraf Dapat Berbicara Kembali

INAKINI.COM – Teknologi di bidang kesehatan masih terus dikembangkan di belahan dunia. Bahkan sekarang terdapat teknologi mikrochip yang mana dapat membantu dalam bidang penyakit saraf.

Terbukti dari seorang pria berusia 36 tahun menderita penyakit amyotrophic lateral sclerosis ataupun ALS.

Penyakit tersebut masih dikatakan sebagai penyakit penurunan fungsi sel saraf motorik yang mana dapat memberi dampak terhadap kehilangan kontrol otot sehingga tidak bisa berkomunikasi ataupun berbicara sama sekali.

Sebagai gantinya penderita ALS ini bisa berkomunikasi secara non verbal menggunakan gerak mata untuk mengatakan persetujuan iya dan penolakan tidak.

Baca Juga : Menkominfo Usulkan PIlakada Serentak 2024 Pakai Internet, Bagaimana Daerah yang Susah Sinyal?

Bagi pengidap ALS saat ini diberikan kamera pelacak mata untuk bisa memilih huruf di papan layar hingga bisa memberi pesan yang ingin dikatakan.

Akan tetapi pada kondisi ALS semakin memburuk pihak pasien tidak bisa menggerakkan sama sekali mata mereka sehingga tidak dapat menjadikan mata mereka sebagai alat komunikasi.

Dari sinilah ada proses penghambat pengobatan karena dari pihak tim medis sendiri belum bisa mengetahui secara rinci gejala yang dialami oleh pihak pasien sendiri.

Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti dari University of Tubingen Jerman masih mengembangkan prangkat impan ataupun disebut mikrochip dimana bisa membaca kondiis sinyal otak bagi penderita ALS sehingga mereka dapat menentukan sendiri huruf dan juga dapat membentuk kalimat untuk bisa berkomunikasi.

Proses uji coba diberikan bagi penderita ALS yang mana memberi perhitungan dari pengujian perangkat implan terhadap pasien berusia 36 tahun tersebut untuk bisa berkomunikasi dengan anggota keluarga.

Pria tersebut sudah menjadi poin penelitian sejak tahun 2018 sehingga dari kondisinya dapat menggerakkan mata untuk bisa berkomuniukasi.

Persetujuan dari tindakan tersebut masih dilematis karena pria pengidap ALS tersebut tidak bisa merubah keputusan.

Akan tetapi dari persetujuan istri hingga saudara perempuannya pria tersebut menjalani operasi untuk mendapat mikrochip tersebut.

Setelah ditanamkan reaksi dari penderita ALS tersebut belum terlalu merespon cepat tangan, kali, kepala dan matanya.

Melewati masa gagal sampai 3 bulan peneliti mencoba menerapkan neurofeedback dimana seseorang mencoba memodifikasi sinyal otak sembari bisa mendapat tingkat keberhasilan secara real time.

Tidak hanya itu sistem dari pencarian neuron paling responsif juga diterapkan pada operasi berikutnya sehingga ada perkembangan jumlah neuron hingga memberi upaya lebih baik ke pasien.

Setelah 3 minggu pengidap ALS tersebut bisa memberi hasil dimana memahami kalimat yang dipahami orang lain.

Proses komunikasi masih berjalan cukup lama karena butuh satu menit untuk setiap huruf ataupun sekitar 30 menit dari setiap kalimat untuk bisa memahami semuanya.

Dilansir dari halaman KompasTekno, Jumat (25/3/2022) dimana efektivitas implan tersebut masih mengalami penurunan karena kondisi pasien dan tidak terlalu jelas perkembangannya.

Pihak peneiliti juga melihat bagaimana proses terbentuknya jaringan di sekitar perangkat implan juga menjadi kemungkinan masalah yang terjadi. Sehingga ada perkembangan penyakit dan juga beban otak cukup tinggi di pihak pasien.

Sehingga teknologi mikrochip tersebut masih tahapan eksperimen hingga akhirnya opsi implan kemungkinan tidak bisa digunakan dalam waktu dekat ini.

Lihat Juga : Suzuki dan Skydrive Bentuk Kerjasama Untuk Produksi Mobil Terbang Elektrik

sadasdsadertertewrerw

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Most Popular

Recent Comments