Thursday, May 16, 2024
spot_img
HomeNewsStrategi Pemerintah Cegah Klaster Pembelajaran Tatap Muka

Strategi Pemerintah Cegah Klaster Pembelajaran Tatap Muka

Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) memberi instruksi kepada Menteri Kesehatan Indonesia (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim untuk melakukan evaluasi pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas yang tengah berjalan di beberapa daerah.

“Jadi khusus saya dan Pak Nadiem diminta oleh Bapak Presiden untuk me-review implementasi program pembelajaran tatap muka,” ujar Menkes dalam keterangan pers usai Rapat Terbatas (Ratas) Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), Senin (27/9) secara virtual.

Menkes mengungkapkan, pemerintah akan berkonsentrasi melakukan dua strategi pengendalian COVID-19 yang sifatnya di sisi hulu, yaitu:

  1. Strategi protokol kesehatan (perubahan perilaku atau 3M (Memakai masker, Menjaga jarak, dan Mencuci tangan pakai sabun))
  2. Strategi deteksi atau surveilans atau 3T (Testing, Tracing, Treatment)

“Kita ingin melakukan strategi surveilans (3T atau deteksi) tadi, khusus untuk aktivitas belajar mengajar. Nanti kalau ini berhasil, kita akan mereplikasi ke aktivitas perdagangan, aktivitas pariwisata, aktivitas keagamaan, aktivitas transportasi, dan sebagainya,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Menkes menyampaikan bahwa strategi surveilans di satuan pendidikan dimulai secara masif sejalan dengan PTM terbatas yang harus dilakukan untuk menekan kerugian jangka panjang bagi peserta didik.

“Kita sadar bahwa kita harus melakukan/mulai pembelajaran tatap muka ini karena banyak long term disbenefit kalau kita tunda, makanya kita fokus sekali melakukan advanced surveillance untuk khususnya aktivitas (pembelajaran) tatap muka ini,” ujarnya.

Lebih lanjut Budi menerangkan, pemerintah akan secara aktif mencari kasus dengan tujuan deteksi di satuan pendidikan dengan menggunakan metode sampling.

Bagaimana Deteksi kasus dengan metode sampling dijalankan selama PTM ?

  1. Kita tentukan di tingkat kabupaten/kota, berapa jumlah sekolah yang melaksanakan tatap muka
  2. Dari situ kita ambil 10 persen untuk sampling
  3. Kemudian dari 10 persen ini kita bagi alokasinya berdasarkan kecamatan. Jadi kecamatan mana yang banyak sekolahnya otomatis dia akan lebih banyak (sampel)

Menkes menambahkan, sampling berdasarkan kecamatan itu dilakukan karena para epidemiolog menyampaikan bahwa penularan lebih berpotensi terjadi antar kecamatan dan karena itu wilayah epidemiologis per kecamatan harus dimonitor dengan ketat.

Apa strategi pemerintah dalam mengevaluasi agar tidak terjadi lonjakan kasus selama PTM berlangsung?

  1. Pemerintah akan melakukan tes PCR kepada 30 orang siswa dan 3 orang pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) untuk setiap sekolah yang rutin dilakukan minimal satu kali per bulan
  2. Pemerintah akan memonitor hasil tes PCR rutin yang dilakukan minimal satu kali per bulan
  3. Sekolah-sekolah yang ada kasus positif tapi di bawah satu persen positivity rate-nya, normal saja
  4. Kita cari kontak eratnya, yang positif Covid-19 dikarantina, yang kontak erat kita isolasi,
  5. Kemudian sekolahnya tetap berjalan

Bagaimana jika hasil pengujian menunjukkan positivity rate-nya antara 1-5 persen ?

  1. Pemerintah akan melakukan tes terhadap semua anggota rombongan belajar
  2. Mereka akan dikarantina
  3. Sementara PTM terbatas tetap berjalan

Bagaimana jika hasil pengujian menunjukkan positivity rate-nya diatas 5 persen?

  1. Pemerintah akan lakukan tes seluruh sekolah karena ada kemungkinan ini menyebarkan
  2. Sekolahnya kita ubah menjadi online dulu, menjadi daring dulu selama 14 hari
  3. Pemerintah akan melakukan perapihan, pembersihan, perbaikan sistem penerapan protokol kesehatan, melakukan review kembali oleh timnya Pak Nadiem dan dinas kesehatan

Menurut Menkes, langkah tersebut memastikan bahwa surveilans dilakukan di level yang paling kecil. Jika terbukti ada penularan masif maka hanya sekolah yang bersangkutan yang akan ditutup, sedangkan sekolah dengan protokol kesehatan (prokes) yang baik akan tetap melakukan PTM terbatas.

“Kita memastikan bahwa surveilans itu dilakukan di level yang paling kecil. Kalau ada kemungkinan itu outbreak/meledak di sana, kita kuncinya satu sekolah saja. Enggak usah semua sekolah kemudian ditutup. Sekolah-sekolah yang lain, yang kebetulan prokes-nya bagus tetap bisa jalan,” tandasnya.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Most Popular

Recent Comments