Evergrande mengalami kondisi gagal bayar utang atau default pada Jum’at (24/9).
Evengrande adalah satu satu pengembang properti terbesar di Cina, memiliki lebih dari 1.300 proyek di lebih dari 280 kota di seluruh China. Tidak hanya properti, Evergrande telah memperluas lini bisnis diantaranya kendaraan listrik, media, layanan keuangan, kepemilikan tim olahraga, layanan kesehatan, dan taman hiburan.
Sejumlah investor mulai was-was, sebab batas waktu pembayaran bunga utang berakhir alias lewat jatuh tempo tanpa pengumuman berimbas membayangi pasar dunia.
Evergrande tercatat punya utang sebesar USD 305 miliar atau setara Rp 4.200 triliun, kini perusahaan kehabisan uang tunai dan investor khawatir keruntuhan dapat menimbulkan risiko sistemik pada sistem keuangan China dan bergema di seluruh dunia.
Batas waktu untuk membayar USD 83,5 juta bunga obligasi berlalu tanpa komentar dari Evergrande atau tanda-tanda pembayaran pemegang obligasi.
Perusahaan sekarang berada di perairan yang belum dipetakan dan memasuki masa tenggang 30 hari. Ini akan default jika itu berlalu tanpa pembayaran.
“Ini adalah periode keheningan yang menakutkan karena tidak ada yang mau mengambil risiko besar pada tahap ini,” kata Howe Chung Wan, kepala pendapatan tetap Asia di Principal Global Investors di Singapura dilansir Reuters, Jumat (24/9/2021).
Perusahaan mengatakan akan memenuhi beberapa pembayaran bunga obligasi yang jatuh tempo minggu ini.
Pengumuman itu disambut dengan kelegaan di pasar global, namun masalah mendasar dengan perusahaan tetap ada, dan para ahli berharap pemerintah China akan turun tangan di beberapa titik.
Investor menunggu untuk melihat apa yang mungkin dilakukan regulator China, tetapi analis mengatakan mereka tampaknya fokus untuk melindungi pembeli rumah dengan memastikan apartemen yang sudah dibayar selesai.