INAKINI.COM – Perhitungan dari peningkatan harga BBM jenis Pertamax menjadi Rp 12.500 yang sudah diterapkan pada 1 April 2022 kemarin memberi gambaran bagaimana masyarakat kelas menengah ke atas harus menerima harga baru tersebut.
Sebagian masyarakat memang mengalami perubahan kebiasaan yang mana sebelumnya menggunakan jenis Pertamax kemudian beralih ke jenis Pertalite dengan alasan mengurangi beban operasional dan mencari harga lebih murah.
Memang dari analisa yang INAKINI himpun dalam beberapa waktu terakhir peningkatan harga dari sektor BBM Pertamax ini masih menyasar ke masyarakat eknomi menengah yang sudah terbiasa memakai jenis Pertamax.
Baca Juga : Ingin Ringankan Beban Masyarakat, Pemerintah Salurkan BLT Minyak Goreng
Selisih harga yang tidak jauh berbeda dari versi Pertalite menjadi alasan penggunaan Pertamax masih cukup tinggi. Namun, terlihat dari antrian panjang sebelum adanya peresmian kenaikan harga Pertamax menjadi Rp 12.500 per liter terlihat adanya perubahan daya beli masyarakat yang cenderung pindah ke Pertalite.
Bila diperhitungkan kembali banyak pengguna Pertalite saat ini akan mendapatkan versi subsidi, sehingga kemungkinan besar masih belum akan naik dalam waktu dekat. Namun, dikhawatirkan ada beberapa prediksi kenaikan komoditas seperti gas Elpiji 3kg dan harga Pertalite juga akan dinaikkan.
Pastinya kenaikan harga di versi Pertamax maupun Pertalite akan memberi beban cukup besar bagi masyarakat hingga bisa menimbulkan perubahan harga komoditas pangan dan aspek lainnya.
Lihat Juga : Rudal Nuklir Minuteman III Gagal Diluncurkan AS, Ada Ketakutan Salah Paham di Tengah Kondisi Perang
