INAKINI.COM – Sri Lanka mengalami kondisi ekonomi tidak biasa yang mana tengah melakukan berbagai kebijakan untuk bisa bangkit dari krisis.
Keputusan Sri Lanka menaikkan harga bahan bakar mencapai 24 persen diharapkan bisa memperbaiki kondisi kuangan mereka.
Krisis ekonomi membuat kondisi transaksi jual beli di masyarakatnya mengalami penurunan drastis. Akan tetapi kenaikan harga BBM tersebut justru berpotensi menambah laju inflasi dalam jangka pendek.
Baca Juga : Realisasi Penerimaan Bea Cukai Rp 108,4 Triliun Per 30 April 2022
Dilansir pernyataan Menteri Tenaga dan Energi Sri Lanka Kanchana Wijesekera, membuat pesan Twitter harga bensin dalam waktu dekat akan naik dari 20 sampai 24 persen.
Sedangkan dari harga solar mengalami kenaikan mencapai 35 sampai 38 persen hingga konsumsi batasan harian ke konsumen akan diaplikasikan.
Dilansir dari halaman Channel News Asia, Selasa 24 Mei 2022, “Pemerintah masih melakukan pembicaraan bersama pemangku kepentingan sektor transportasi untuk meningkatkan biaya paralel dengan kenaikan terakhir.â€
Tidak hanya itu, dari pihak ekonom sendiri kenaikan harga bahan bakar dan transportasi pasti mengalihkan ke sektor makanan dan barang-barang lainnya.
Baca Juga : Jumlah PPh Dari Program Pengungkapan Sukarela Hingga 20 Mei 2022 Capai Rp 9,25 Triliun
Tercatat ada inflasi tahunan negara kepulauan dengan rekor mencapai 33.8 persen pada April. Angka inflasi pada April 2022 masih dikatakan lebih besar dibandingkan angka 21.5 persen pada Maret menurut data pemerintah dirilis di hari Senin.
Sri Lanka sekarang masih berada di kondisi krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan mereka sejak tahun 1948. Kemudian kekurangan devisa tersebut membuat Kolombo menghentikan impor.
Keputusan menghentikan impor justru membuat kondisi Sri Lanka mengalami masalah dari sisi kekurangan bahan bakar dan obat-obatan hingga harus memadamkan listrik bergulir. ***