Tiko bercerita, Siemens juga sempat mengeluhkan 31 rangkaian kereta LRT Jabodebek ternyata punya spesifikasi yang berbeda-beda. Sehingga sempat menyulitkan mereka dalam memasang software.
Karena beda spesifikasi, kereta itu tidak bisa berada sejajar dengan pintu stasiun saat berhenti. Akhirnya software yang dibuat Siemens untuk mengoperasikan LRT diperbaiki untuk mensejajarkan pintu kereta dan pintu stasiun, yang otomatis menambah biaya lagi.
“Siemens suatu hari call meeting, komplain sama saya. ‘Pak ini software-nya naik cost-nya’ ‘Kenapa?’ ‘Spek kereta INKA-nya ini, baik dimensi, berat, maupun kecepatan dan pengeremannya berbeda-beda satu sama lain’,” kata Tiko.
“Jadi 31 kereta itu beda spek semua. Jadi software-nya mesti dibikin toleransinya lebih lebar, supaya bisa men-capture berbagai macam dari spek itu,” lanjutnya.
Proses itu pun perlu waktu berbulan-bulan, untuk memastikan keamanan dan keselamatan penumpang saat naik dan turun LRT Jabodebek.
Penyempurnaan software inilah juga yang membuat uji coba LRT Jabodebek untuk masyarakat umum diundur. Dari yang harusnya akhir Juli jadi awal Agustus. Pihak LRT pun belum menginfokan tanggal pastinya.
Yang jelas, Presiden Jokowi dijadwalkan meresmikan LRT Jabodebek pada 18 Agustus 2023. Tapi, Tiko bilang, LRT Jabodebek baru bisa beroperasi secara komersial atau commercial operation date (COD) pada 28 Agustus 2023 mendatang.
“Ini effort dan kedetailan rapatnya sampai ke level very detail dan sangat melelahkan, dan rapatnya ratusan kali. Akhirnya, insyaallah nanti 28 Agustus 2023 akan Commercial Operation Date (COD),” ucapnya.
Hal itu dilakukan karena LRT Jabodebek menggunakan teknologi baru yang belum pernah ada di Indonesia.
“Kereta ini nanti kan Depo-nya di Bekasi, pagi-pagi akan nyalakan mesin sendiri, bangun sendiri, ngantri sendiri, kereta satu mana, dua mana dan seterusnya,” terang Tiko.
“Lalu dia beroperasi seharian, muter-muter tanpa ada orang, akhir hari dia akan balik lagi ke garasi dan parkir satu-satu sendiri lagi, dan matiin mesin sendiri,” sambungnya.