INAKINI.COM – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menjelaskan bahwa proyek gas (LNG) Abadi, Blok Masela di Tanimbar, Maluku, akan memasuki tahap selanjutnya yakni lelang pengadaan, rekayasa teknis dan konstruksi (EPC) yang ditargetkan pada 2026.
INPEX Masela, Ltd. (INPEX Masela) (65%), sebagai operator, yang mewakili mitra perusahaan patungannya, yaitu PT Pertamina Hulu Energi Masela (PHE Masela) (20%) dan PETRONAS Masela Sdn. Bhd (15%), sebelumnya telah mengumumkan pengerjaan tahap front-end engineering and design (FEED) atau desain rekayasa teknis pada Agustus 2025.
INPEX telah mengumumkan kontrak untuk empat paket untuk pekerjaan FEED ini: OLNG, Floating Production Storage and Offloading (FPSO), Subsea Umbilicals, Risers and Flowlines (SURF), dan Gas Export Pipeline (GEP).
Menariknya, untuk paket FPSO dan OLNG, digunakan pendekatan “dual FEED”—dua konsorsium kontraktor bersaing secara paralel untuk menciptakan kompetisi yang sehat dan memilih penawaran Engineering, Procurement, and Construction (EPC) terbaik dari sisi teknis dan komersial.
Kontraktor Dual FEED untuk FPSO adalah:
- Konsorsium PT Technip Engineering Indonesia, PT Technip Indonesia, dan PT JGC Indonesia
- Konsorsium PT Saipem Indonesia, PT Tripatra Engineers & Constructors, PT Tripatra Engineering, dan PT McDermott Indonesia
Sementara kontraktor untuk paket GEP adalah PT Worley SEA Indonesia dengan lingkup pekerjaan yaitu meninjau dan menetapkan spesifikasi GEP dari FPSO ke OLNG. Sedangkan kontraktor untuk paket SURF juga PT Worley SEA Indonesia dengan lingkup pekerjaan yaitu meninjau dan menetapkan spesifikasi SURF.
Adapun dua konsorsium yang terlibat dalam paket OLNG ini adalah:
- Konsorsium JGC-Technip, dipimpin oleh PT JGC Indonesia bersama PT Technip Engineering Indonesia.
- Konsorsium KBR-Samsung-Adhi Karya, dipimpin oleh PT KBR Indonesia bersama Samsung E&A Co. Ltd. dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk.
Konsorsium yang menyampaikan proposal EPC terbaik secara teknis dan komersial setelah menyelesaikan jasa FEED akan dipilih sebagai pelaksana tahap konstruksi utama.
“Untuk urusan INPEX ini sudah 26 tahun. Ini salah satu blok ‘giant’ yang ada di Maluku. Insyaallah tahun ini sudah mulai tender FEED-nya sekarang sudah mulai jalan. Sekarang kita akan tender EPC-nya kemungkinan besar di 2026,” kata Bahlil di Jakarta pada Jumat (24/10/2025).
Setelah lelang EPC diumumkan, lifting dari proyek gas raksasa diharapkan bisa berjalan sesuai yang ditargetkan Presiden Indonesia Prabowo Subianto.
“Kalau (EPC) ini sudah selesai, maka insyaAllah lifting kita akan bisa kita kejar sesuai dengan target apa yang menjadi harapan Bapak Presiden,” kata Bahlil.
Adapun volume produksi tahunan dari proyek Abadi diperkirakan mencapai 10,5 juta ton setara LNG, yang mencakup 9,5 juta ton LNG per tahun atau lebih dari 10 persen impor LNG tahunan Jepang, serta pasokan gas pipa lokal.
Proyek ini juga diperkirakan bisa memproduksi sekitar 35 ribu barel kondensat per hari.
Inpex berharap proyek ini dapat memberikan kontribusi signifikan, khususnya terhadap pembangunan ekonomi di wilayah Indonesia bagian timur, serta mendukung pencapaian target nasional Indonesia untuk mencapai net zero emisi CO2 pada 2060.
Adapun jangka waktu production sharing contract (PSC) proyek tersebut ditetapkan hingga 15 November 2055, dengan wilayah kontrak seluas 2.503 km2 dan kedalaman laut dalam rentang 400-800 meter.Blok ini berlokasi sekitar 170-180 km di sebelah barat daya Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
Proyek Abadi ditetapkan oleh pemerintah sebagai proyek strategis nasional (PSN) pada Juni 2017 dan sebagai proyek infrastruktur prioritas pada September 2017.
Inpex berharap proyek tersebut dapat berkontribusi dalam memperkuat ketahanan energi di Indonesia, Jepang, dan negara Asia lainnya, serta menyediakan pasokan energi bersih yang stabil dalam jangka panjang.
Hal ini didukung oleh karakteristik lapangan gas yang unggul dan cadangan yang melimpah, sehingga memungkinkan pengembangan secara efisien, serta adanya komponen CCS (carbon capture and storage) dari proyek ini.


