INAKINI.COM – Pemerintah dan Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyepakati postur awal belanja negara dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026.
Dalam pembahasan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEMPPKF), total belanja negara tahun depan diperkirakan berada pada kisaran Rp 3.800 triliun hingga Rp 3.820 triliun.
Ketua Banggar DPR Said Abdullah menjelaskan angka tersebut masih berada dalam rentang asumsi yang telah disepakati bersama pemerintah.
“Belanja APBN kita tahun depan itu sekitar Rp 3.800 triliun sampai Rp 3.820 triliun, masih dalam range asumsinya,” ujar Said Abdullah di Jakarta pada Selasa (22/7/2025).
Said Abdullah menegaskan angka resmi baru akan ditentukan dalam nota keuangan dan RAPBN 2026 yang akan disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto pada 15 Agustus 2025.
Menurutnya, Banggar DPR tidak dapat mendahului penyampaian resmi karena menyangkut detail angka belanja yang krusial.
“Sekarang yang dibahas hanya posturnya saja. Angkanya belum muncul di Badan Anggaran. Walaupun kita punya gambaran, tetap harus menunggu nota keuangan karena ini menyangkut angka,” jelasnya.
Sebagai perbandingan, dalam nota keuangan 2025, total belanja negara ditetapkan sebesar Rp 3.613,1 triliun, yang terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp 2.693,2 triliun dan transfer ke daerah Rp 919,9 triliun.
Adapun dalam RAPBN 2026, belanja negara dipatok pada kisaran 14,19% hingga 14,83% terhadap produk domestik bruto (PDB). Sementara pendapatan negara diproyeksikan mencapai 11,71% sampai 12,31%, dengan defisit anggaran berkisar 2,48% hingga 2,53% dari PDB.
Rangkaian asumsi makro yang mendasari penyusunan RAPBN 2026 antara lain pertumbuhan ekonomi 5,2%–5,8%, inflasi 1,5%–3,4%, dan nilai tukar rupiah Rp 16.500–16.900 per dolar AS. Pemerintah juga menargetkan penurunan tingkat kemiskinan menjadi 6,5%–7,5% dan kemiskinan ekstrem ke kisaran 0%–0,5%.
Asumsi Makro Ekonomi 2026
- Pertumbuhan ekonomi 5,2%-5,8%.
- Inflasi 1,5%-3,4%.
- Kurs US$ Rp 16.500-Rp 16.900.
- Tingkat suku bunga SBN 10 tahun 6,6%-7,2%.
- Harga minyak mentah Indonesia US$ 60 sampai US$ 80 per barel.
- Lifting minyak bumi 605.000 sampai 620.000 barel per hari.
- Lifting gas bumi 953.000 sampai 1.017.000 barel per hari.
- Tingkat kemiskinan 6,5% hingga 7,5%.
- Kemiskinan ekstrem 0%-0,5%.
- Rasio gini 0,377-0,380.
- Tingkat pengangguran terbuka 4,44-4,96.
- Indeks modal manusia 0,57.
- Indeks kesejahteraan petani 0,7731.
- Proporsi penciptaan lapangan kerja formal 37,95.
Postur Fiskal 2026
- Pendapatan negara 11,71%-12,31%.
- Perpajakan 10,08-10,54%.
- PNBP 1,63%-1,76%.
- Hibah 0,002%-0,003%.
- Belanja negara 14,19%-14,83%.
- Belaja pemerintah pusat 11,41%-11,94%.
- Transfer ke daerah 2,78%-2,89%.
- Keseimbangan primer (0,18)-(0,22).
- Defisit (2,48)-(2,53) .
- Pembiayaan 2,48-2,53.