Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia (Menko Perekonomian), Airlangga Hartarto mengatakan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 diprediksi tumbuh di atas 5,2 persen (years on years/yoy) dengan berbagai kondisi tantangan dan peluang yang ada.
“Berbeda dengan tren penurunan pemulihan ekonomi global, ekonomi Indonesia justru diharapkan lebih baik karena inflasi diperkirakan masih dalam rentang 3 persen ±1 persen (yoy),†ujar Airlangga Hartarto pada Selasa (22/3).
Airlangga memaparkan, krisis telah mengajarkan betapa pentingnya membangun ketahanan, baik ketahanan kesehatan maupun ekonomi, khususnya di sektor pangan dan sektor energi.
Dari sisi kesehatan, pemerintah terus berupaya membangun ketahanan kesehatan baik dalam hal infrastruktur, SDM, maupun industri kesehatan.
Surveillance terus diperkuat guna mengantisipasi munculnya varian baru Covid-19. Sementara itu, komitmen investasi pada pembangunan sistem kesehatan juga tercermin dalam implementasi APBN 2022.
Menko Perekonomian mengungkapkan bila pembangunan di sektor kesehatan memiliki multiplier effect yang tinggi terhadap ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Komitmen terhadap perbaikan sistem kesehatan akan meningkatkan kepercayaan dan kemampuan Indonesia dalam menghadapi risiko di masa mendatang.
Dari sisi ketahanan pangan, pemerintah berkomitmen meningkatkan produktivitas pertanian dan perikanan melalui berbagai strategi yaitu:
- Implementasi Undang-Undang Cipta Kerja terkait penyederhanaan, percepatan, kepastian dalam perizinan, serta persertujan ekspor/impor
- Digitalisasi UMKM pertanian dan perikanan
- Pengembangan sistem logistik pangan bersinergi dengan BUMN
- Penguatan kerjasama antar daerah dalam pemenuhan pangan
- Pembentukan BUMN Pangan
- Peningkatan kompetensi SDM pertanian untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim
Di sektor energi, Menko Airlangga menerangkan bahwa krisis energi dunia yang terjadi saat ini menjadi peluang sekaligus mengafirmasi komitmen transisi dan investasi menuju energi baru terbarukan atau energi bersih.
Peluang tersebut muncul karena Indonesia memiliki potensi green energy, yaitu tenaga surya, angin, air, dan geothermal, yang apabila dikembangkan dapat mendukung ketahanan energi berbasis pulau yang sesuai dengan kondisi geografis Indonesia.
“Krisis mengajarkan kita berbagai hal termasuk membuka peluang untuk mengakselerasi transformasi dan reformasi. Dan dengan kerja sama seluruh stakeholders, Indonesia terbukti mampu melewati dan beradaptasi dari krisis pandemi. Ke depan, kerja sama ini perlu terus ditingkatkan sehingga Indonesia tidak hanya berhasil melewati krisis, namun juga memanfaatkan peluang-peluang yang ada untuk mencapai tujuan ekonomi dan pembangunan perekonomian ke depan,†ungkap Airlangga.