Sebagai bagian dari keseluruhan Restrukturisasi BUMN Pelabuhan, PT Pelabuhan Indonesia (Persero) (Pelindo) mengambil dua langkah aksi korporasi pada Perusahaan Subholding kelolaan Pelindo, yakni:
- Serah operasi bisnis
- Inbreng atau pengalihan saham Pelindo pada Anak Perusahaan kepada Subholding sesuai klaster bisnis masing-masing
Langkah ini dilakukan untuk memperkuat bisnis inti Pelindo pasca merger.
Sebelumnya, Empat Subholding Pelindo telah secara resmi efektif beroperasi per 1 Januari 2022, hal ini ditandai dengan penandatanganan kesepakatan serah operasi bisnis dari Pelindo kepada PT Pelindo Terminal Petikemas, PT Pelindo Multi Terminal, PT Pelindo Jasa Maritim dan pengalihan usaha kepada PT Pelindo Solusi Logistik pada 29 Desember 2021.
“Bahwa merger yang Pelindo lakukan adalah perubahan mekanisme bisnis pada pelabuhan di Indonesia, yang tadinya pembagian bisnis berdasar wilayah kerja, kemudian berubah menjadi pembagian bisnis berdasarkan klaster bisnis. Sehingga setelah proses merger selesai, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penataan bisnis sesuai klaster bisnis,†ujar Wakil Direktur Utama Pelindo, Hambra.
Dalam keberadaannya, Subholding Pelindo ini memiliki tiga tugas utama, yakni:
- Menentukan kebijakan layanan pelabuhan sesuai lini bisnisnya yang selaras dengan kebijakan strategi Pelindo
- Menjalankan kuasa dan tugas operasional dari Pelindo
- Sebagai revenue generator
Pembentukan empat Subholding dibawah Pelindo ini dilakukan untuk mengelola bisnis inti Perusahaan. Dimana masing-masing Subholding ini juga menjadi induk bagi Anak Perusahaan eks Pelindo I-IV sesuai dengan lini bisnisnya.
“Serah Operasi antara Pelindo kepada Subholding ini terhitung mulai tanggal 1 Januari 2022 dan untuk bentuk kerjasamanya kami menggunakan skema Revenue Sharing,†ujar Direktur Utama Pelindo, Arif Suhartono.
Setelah proses serah operasi, kemudian dilanjutkan dengan pengalihan saham (inbreng) Pelindo pada Anak Perusahaan kepada Subholding sesuai klaster pelayanan petikemas, pelayanan non petikemas/multi terminal dan pelayanan jasa maritim atau pada tiga Subholding Pelindo yakni PT Pelindo Terminal Petikemas, PT Pelindo Multi Terminal, PT Pelindo Jasa Maritim. Proses restrukturisasi Pelindo ini kemudian akan dilanjutkan dengan pemurnian bisnis Anak dan Cucu Perusahaan Pelindo di masing-masing klaster.
“Pada tanggal 1 Januari 2022, Subholding yang sudah menandatangani dokumen pada tanggal 29 Desember 2021, secara resmi telah aktif beroperasi. Dan 3 Januari 2022, melalui proses inbreng saham Anak Perusahaan resmi berada di bawah Subholding dan menjadi business operator masing-masing klaster. Pengalihan saham dikompensasikan dengan penambahan penyertaan modal Pelindo di Subholding,†kata Arif Suhartono.
Dalam prosesi penandatanganan akta pengalihan saham (inbreng) anak perusahaan Pelindo kepada Subholding ini turut disaksikan secara daring oleh Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo, secara langsung oleh Desty Arlaini Asisten Deputi Bidang Jasa Logistik Kementerian BUMN, Komisaris Utama Pelindo, Direksi Pelindo, Komisaris Utama dan Subholding Pelindo, serta Direksi Anak Perusahaan Pelindo.
“Kerja keras ini belum tuntas, masih banyak tahapan-tahapan yang masih harus diselesaikan. Dan dalam hal ini, saya mengapresiasi manajemen Pelindo untuk membawa Pelindo menjadi the real world class port,†ujar Komisaris Utama Pelindo, Laksamana TNI (Purn.) Prof. Dr. Marsetio, S.I.P., M.M.
“Tahapan (inbreng saham) ini merupakan salah satu yang terpenting. Dimana kita akan mulai melakukan value creation dan menciptakan bisnis model baru yang diharapkan menjadi lokomotif pertumbuhan pendapatan, EBITDA maupun value creation dari Pelindo Group kedepan,†ujar Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo dalam sambutannya.
“Pembentukan Subholding ini diharapkan mampu menajamkan core competence masing-masing Subholding. Ini adalah langkah utama tujuan merger Pelindo dimana kita ingin meng-unlock value dan membuat spesialisasi-spesialisasi yang nantinya menumbuhkan kompetensi-kompetensi yang bisa bersaing di masing-masing Subholding. Tentunya saya mengapresiasi langkah cepat ini, semuanya tepat dengan sasaran dan delivery yang sudah kita harapkan di awal,†tambah Kartika.
Dalam laporannya, Hambra menyatakan bahwa, target value creation (earning before tax) hingga tahun 2025 adalah Rp 4,3 triliun hingga Rp 7,4 triliun. Capaian value creation per 31 Desember 2021 telah terealisasi lebih dari Rp 600 miliar yang berasal dari optimalisasi financing cost dan pengadaan bersama. Diharapkan tahun 2022 capaian value creation tersebut akan jauh lebih besar lagi melalui aksi korporasi dan inisiatif strategis yang telah direncanakan sebelumnya.
“Harapan kami pada kuartal II 2022, bisnis inti perusahaan pada masing-masing Subholding telah tertata dengan baik sehingga dapat terkonsolidasi sesuai klaster bisnisnya masing-masing,†tutup Arif.