Perdana Menteri negara Kamboja Samdech Akka Moha Sena Padei Techo Hun Sen menandai tantangan dalam krisis Myanmar dan koordinasi code of conduct (COC) di Laut Cina Selatan, saat Kamboja akan menjadi Ketua ASEAN tahun 2022.
“Jangan terlalu berharap, tapi jangan meremehkan peran Kamboja. Biarkan Kamboja yang melakukannya dulu. Jangan ikut campur dalam upaya Kamboja untuk menyelesaikan masalah regional yang penting ini,†tegasnya.
Perdana Menteri Samdech Techo mengirimkan pesan tersebut di hadapan diplomat asing, pejabat senior, investor lokal dan internasional pada peresmian Hotel Hyatt Regency Phnom Penh pada 15 Desember 2021.
Perdana Menteri juga mendesak semua pemangku kepentingan utama untuk tidak “menyalahkan” Kamboja jika banyak kemajuan tidak dapat dibuat, karena peran ketua ASEAN hanya sebagai mediator, dan mendorong prioritas pada rekonsiliasi Myanmar.
Dalam kasus Kamboja sendiri, katanya, butuh empat tahun untuk mencapai Perjanjian Perdamaian Paris pada 23 Oktober 1991, sementara perdamaian penuh di negara itu membutuhkan waktu lebih lama, hingga 29 Desember 1998.
Mengenai masalah Laut Cina Selatan, Perdana Menteri Samdech Techo menegaskan tiga pendirian utama:
- Untuk sepenuhnya mematuhi Declaration on the Conduct (DOC) Para Pihak di Laut Cina Selatan
- Mendorong negara-negara terkait untuk menyelesaikan masalah secara damai
- Untuk mencapai COC yang dapat diterima oleh semua pihak yang bersengketa